Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Prof. Dr. Al Makin, saat menyampaikan sambutan kunci dalam pelatihan LKLB yang diadakan 20-24 Februari 2023.
Jakarta, LKLB News – Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (FDK UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dan Institut Leimena, mengadakan pelatihan daring Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang diikuti oleh sedikitnya 142 dai dan daiyah dari berbagai provinsi di Indonesia. Para dai dan daiyah dinilai berkontribusi untuk menyebarkan dakwah Islam moderat yang mengedepankan persahabatan lintas agama.
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Al Makin, mengatakan usaha menanam “benih persahabatan” sejatinya membutuhkan kesabaran. Para pendiri bangsa Indonesia telah memberikan teladan dalam menunjukkan sikap kebersamaan untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Toleransi, keragaman, Bhineka Tunggal Ika, dialog antar iman, semua itu hanya buahnya. Tanamannya adalah persahabatan,” kata Al Makin saat menyampaikan sambutan kunci dalam pembukaan pelatihan LKLB yang diadakan pada 20-24 Februari 2023.
Prof Al Makin menjelaskan ukuran moderat atau tidaknya seseorang secara sederhana bisa dilihat dari jumlah teman yang berbeda agama/keyakinan. Menurutnya, seseorang yang cenderung berkawan dengan orang-orang yang seagama, sealiran, atau sekelompok, maka moderasi beragamanya belum cukup teruji.
Al Makin menyebut toleransi hanya bisa dibangun dengan membuka hati dan pikiran terhadap perbedaan, tanpa kehilangan jati diri masing-masing. Sikap moderat merupakan cara hidup untuk saling mengapresiasi dan menjaga satu sama lain. Misalnya, mendukung pembangunan rumah ibadah agama lain atau bekerja sama dalam membantu perayaan agama lain di lingkungan masing-masing.
“Moderat adalah kita memberi ruang, memberi tempat, memberi hak kepada orang lain untuk mengimani agamanya sendiri dan berkomitmen melindungi mereka supaya merasa tetap aman, tanpa memaksa agar seperti kita dan kita tidak dipaksa seperti mereka,” ujar Guru Besar Filsafat tersebut.
Al Makin mendorong para dai dan daiyah yang mengikuti pelatihan LKLB untuk belajar memahami agama lain langsung dari pemeluk agama tersebut. Prinsip untuk mengenal ajaran agama lain adalah jangan membandingkan dengan ajaran agama sendiri.
Dia mencontohkan umat Muslim menganggap Al Quran sebagai kalam Allah, sedangkan Firman Tuhan bagi umat Kristen adalah Yesus Kristus itu sendiri (Logos). Sama halnya dengan makna Tripitaka bagi umat Buddha dan Weda bagi umat Hindu.
“Jadi bagaimana cara memahaminya? Ojo dibanding-bandingke karena tidak sama cara memahaminya, maka sangat penting kita mempunyai sahabat berbeda agama,” kata Al Makin.
Al Makin menambahkan persahabatan UIN Sunan Kalijaga dan Institut Leimena juga menjadi contoh dari persahabatan lintas agama. Benih persahabatan telah “ditanam” sejak sekitar tahun 1990 saat masa Rektor Prof. Dr. Amin Abdullah, yang saat ini menjadi Senior Fellow Institut Leimena, lalu berlanjut sampai masa kepemimpinannya saat ini.
Dekan Fakultas Komunikasi dan Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Marhumah, dan Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, dalam sambutannya saat pelatihan LKLB dengan dai dan daiyah.
Konten Dakwah
Dekan FKD UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Marhumah, mengatakan para dai dan daiyah perlu memperlengkapi diri dengan ilmu LKLB. Lewat pelatihan LKLB, mereka akan memiliki keterbukaan dalam memandang perbedaan agama dari berbagai aspek, sehingga nantinya bermanfaat untuk konten dakwah Islam yang moderat.
“Bapak ibu belajar dari pakar-pakar di bidang ahli agama. Ini penting menjadi konten bapak ibu sekalian ketika menjadi penyuluh agama,” kata Marhumah.
Marhumah mengatakan paradigma LKLB memberikan kesamaan bahasa, pemahaman, dan tindakan dalam menghadapi realitas kemajemukan Indonesia.
“Kalau dulu kita hanya mengetahui dari satu aspek, nah dari forum LKLB akan diperlihatkan beberapa aspek,” ujarnya.
Pelatihan LKLB menghadirkan narasumber lintas agama yang kompeten dari agama Islam, Kristen, dan Yahudi antara lain intelektual Muslim Prof Alwi Shihab dan Prof Amin Abdullah, Senior Fellow University of Washington Chris Seiple, Ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Pdt. Henriette T. Lebang, dan Direktur Hubungan Muslim-Yahudi American Jewish Committee, Dr. Ari Gordon.
Dasar negara Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi bagian penting dalam dakwah untuk menghargai keberagaman (Sumber: Sindonews.com).
Pengaruhi Wajah Umat Beragama
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan LKLB bertujuan membangun kompetensi dan keterampilan untuk semakin memperkuat hubungan dan kerja sama antara penganut agama dan kepercayaan yang berbeda dengan saling menghormati perbedaan satu sama lain. Dalam konteks LKLB, bukan mencari siapa yang benar dan salah, atau mencampuradukkan agama, melainkan bekerja sama untuk kebaikan bersama.
“Peran bapak ibu, sebagai penyuluh agama, dai dan daiyah sangat penting untuk kemajuan bangsa Indonesia karena peran bapak ibu akan sangat mempengaruhi wajah umat beragama dan generasi bangsa masa depan,” kata Matius.
Matius mengungkapkan LKLB adalah pendekatan baru yang membantu menggali dan menerapkan nilai-nilai luhur agama dan budaya bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa paling majemuk di dunia dengan lebih dari 1.300 suku bangsa dan 650 bahasa tersebar di berbagai kepulauan, termasuk agama-agama besar dan kepercayaan.
Namun, NKRI berhasil lahir karena para pendiri bangsa yang berbeda agama dan kepercayaan mampu membangun konsensus untuk hidup bersama yang terwujud dalam berbagai covenant atau kesepakatan seperti Sumpah Pemuda, dasar negara Pancasila, dan konstitusi Undang-undang Dasar 1945.
“Para pendiri bangsa kita begitu aktif bekerja sama tanpa dihalangi perbedaan agama. Saling mengenal dan percaya sehingga dapat saling bekerja sama sekalipun berbeda agama dan kepercayaan. Inilah modal bangsa yang majemuk untuk bisa bersatu dan maju bersama menghadapi tantangan termasuk upaya-upaya memecah belah seperti masa penjajahan dulu,” kata Matius.
Matius menyebut para dai dan daiyah yang lulus pelatihan LKLB akan menjadi bagian dari alumni LKLB yang telah mencapai sedikitnya 2.300 orang dari seluruh provinsi di Indonesia. Para alumni LKLB terdiri dari para guru, penyuluh agama, dai dan daiyah. [IL/Chr]