Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Siti Nugraha Mauludiah, bersama Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, berbicara kepada wartawan dalam konferensi pers yang diadakan setelah sesi pembukaan International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy, Rabu (10/7/2024).
Jakarta, LKLB News – Konferensi Internasional LKLB pada 10-11 Juli ini merupakan Konferensi LKLB yang kedua setelah pelaksanaan serupa pada November 2023 bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Konferensi LKLB digelar secara hybrid via Zoom dengan jumlah pendaftar daring lebih dari 4.000 peserta dari sekitar 21 negara.
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Siti Nugraha Mauludiah, mengatakan Indonesia melalui program LKLB dianggap telah menjadi pelopor karena dalam tiga tahun sedikitnya telah melatih 8.000 guru dan pendidik.
“Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Luar Negeri, melihat Inisiatif yang diadakan oleh Institut Leimena adalah bagian dari diplomasi publik Indonesia dalam hal meningkatkan literasi keagamaan lintas budaya ini sebagai soft power Indonesia,” kata Siti.
Siti mengatakan program LKLB mengajarkan kepada pendidik untuk belajar mengenal dan memahami perbedaan. Lewat pelatihan LKLB, ribuan guru diajak untuk mengenal keragaman agama agar bisa terhindar dari prasangka-prasangka yang kerap muncul dalam hubungan lintas agama.
Siti menjelaskan Konferensi Internasional LKLB yang dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri RI bersama Institut Leimena merupakan inisiatif sangat penting karena mengedepankan pentingnya harmoni dan literasi keagamaan bagi masyarakat Indonesia. Program LKLB memperkenalkan prinsip-prinsip ajaran agama langsung dari sumber agama itu sendiri sehingga menghindari bias yang masih sering terjadi dalam penyebaran informasi di tengah masyarakat.
“Biasanya distrust atau ketidakpercayaan dan kecurigaan muncul karena ketidaktahuan, oleh karena itu dengan menyebarkan informasi yang tepat kepada orang-orang tepat, terutama para guru, kita harapkan mereka dapat ambil intinya dan menerapkan dalam pembelajaran mereka,” kata Siti.
Lebih dari 30 wartawan baik dari media televisi, online, dan cetak, hadir dalam International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy di Jakarta, Rabu (10/11/2024).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, menyampaikan inti dari literasi keagamaan lintas budaya adalah bagaimana masyarakat yang berbeda agama dan kepercayaan bisa membangun kerja sama di tengah berbagai keberagaman yang ada. Disadari bahwa kemajemukan Indonesia menjadikannya unik, namun di sisi lain, tetap menghadapi banyak tantangan.
“Lewat konferensi ini, kita ingin menyoroti kerja sama dalam masyarakat berbeda agama dan kepercayaan untuk membangun masyarakat inklusif. Sesuatu yang sederhana di Indonesia, tapi jika membaca situasi dunia saat ini, masih banyak ketakutan, kekhawatiran akan perbedaan seperti Islamofobia, xenophobia. Kita punya rasa percaya diri dengan pengalaman kita sebagai bangsa Indonesia,” kata Matius.
Matius menjelaskan Konferensi Internasional LKLB yang pertama tahun 2023 diadakan oleh Institut Leimena bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, dalam rangka peringatan 75 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). Konferensi tahun lalu mendapatkan respons sangat positif dari berbagai kalangan di dalam dan luar negeri.
“Kami berterima kasih kepada Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang berkenan bekerja sama untuk menyelenggarakan konferensi tahun ini,” kata Matius.
Wartawan juga meliput rangkaian sesi panel International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy yang diisi oleh berbagai narasumber terkemuka dari dalam dan luar negeri.
Matius mengharapkan Konferensi Internasional ini dapat dimanfaatkan memperkuat silahturahmi serta bertukar pikiran lintas lembaga, lintas daerah bahkan lintas negara untuk berkreasi dan berinovasi dalam kerja sama lintas agama dan budaya untuk mengatasi permasalahan lokal dan global.
Dia menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kementerian Luar Negeri RI, dan secara khusus kepada Menlu RI Retno L.P. Marsudi, yang menjadi tuan rumah bersama Konferensi Internasional LKLB. Pelaksanaan konferensi ini juga terlaksana atas kemitraan dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, International Center for Law and Religion Studies Brigham Young University Law School, dan Templeton Religion Trust.
“Semoga kesempatan yang langka ini dapat kita manfaatkan untuk semakin memperkuat silaturahmi, serta bertukar pikiran lintas lembaga, lintas daerah, bahkan lintas negara, untuk berkreasi dan berinovasi dalam kerja sama lintas agama dan budaya untuk mengatasi berbagai permasalahan lokal dan global,” kata Matius.