Gado-gado adalah makanan yang sudah terkenal dan enak. Ketika kita buka, isinya macam-macam, ada telur, sayuran, kentang, ternyata keberagaman itulah yang menjadikan gado-gado nikmat.

Wakil Kepala Madrasah MTs Muhammadiyah Purbolinggo, Lampung Timur, Abdurrohman Saleh

Jumat, 12 November 2021 – Program internasional peningkatan kapasitas guru madrasah dan pesantren dalam literasi keagamaan lintas budaya (LKLB) diakui telah membuka paradigma berpikir guru dalam berelasi dengan orang yang berbeda. Filosofi “gado-gado” berhasil membumikan konsep LKLB bahwa keragaman pada hakikatnya memberikan kenikmatan dan kekayaan rasa.

Wakil Kepala Madrasah MTs Muhammadiyah Purbolinggo, Lampung Timur, Abdurrohman Sholeh, S.Pd.I, mengaku mendapatkan banyak sekali manfaat dalam pelatihan LKLB. Dia kini berpandangan fanatisme agama secara sempit sebagai hal yang tidak lagi relevan dan harus diluruskan.

“Kegiatan LKLB ini luar biasa manfaatnya khususnya bagi saya pribadi karena paradigma berpikir saya menjadi berubah. Kalau dulu misalnya, kecenderungan saya fanatik dalam segala hal, tapi ternyata fanatisme yang saya pahami menjadi kurang tepat dan harus saya luruskan,” kata Abdurrohman, peserta pelatihan LKLB angkatan ke-2, dalam sesi wawancara dengan tim LKLB News baru-baru ini. 

Abdurrohman, yang juga Ketua Forum Guru Muhammadiyah Lampung Timur, mengatakan ilustrasi tentang “gado-gado” yang disampaikan oleh salah satu narasumber, Senior Research Fellow University of Washington, Dr. Chris Seiple, sangat sesuai dengan konteks Indonesia. 

“Gado-gado adalah makanan yang sudah terkenal dan enak. Ketika kita buka, isinya macam-macam, ada telur, sayuran, kentang, tahu, tempe. Ternyata keberagaman itulah yang menjadikan gado-gado nikmat,” ujarnya. 

Dia mengatakan pelajaran penting “gado-gado” adalah seseorang tidak perlu kehilangan jati dirinya untuk menerima perbedaan. Di sisi lain, keberagaman justru semakin memberikan rasa yang luar biasa. 

“Begitupun dalam kehidupan kita, semakin kita menjadi pribadi yang kokoh, serta tetap menghormati dan menghargai orang lain, maka bisa merasakan kenikmatan dan ketenangan hidup karena kita tetap bisa berdampingan dengan orang lain yang berbeda,” lanjutnya. 

Abdurrohman menjelaskan pelatihan LKLB memberikan pencerahan yaitu semua agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran bagi pemeluknya masing-masing. Menurutnya, hal penting dari LKLB adalah semua orang bisa hidup berdampingan meskipun berbeda secara akidah dan budaya, sehingga tidak perlu mengucilkan kelompok tertentu khususnya minoritas. 

Abdurrohman menambahkan agama tetaplah dikedepankan sebagai keyakinan pribadi. Namun, saat berbicara dalam konteks masyarakat maka harus ada rasa saling menghormati dan menghargai. Keberagaman adalah keniscayaan sebagaimana dimuat dalam Al-Quran bahwa Tuhan menciptakan manusia berbangsa, bahkan berbeda agama. 

“Kalau konsep ini dipahami seluruh guru madrasah, maka kecenderungan menjadi guru yang tertutup akan hilang. Tetapi guru yang open mind dan bisa menerima perubahan, saran dan pendapat orang lain, bahkan bekerja sama dengan orang lain,” katanya. 

Abdurrohman berusaha menerapkan LKLB dalam proses belajar mengajar. Dia menekankan dua prinsip penting kepada peserta didiknya, yakni pertama, jangan pernah merasa diri paling hebat di tengah teman-teman lainnya, dan kedua, berusaha menghormati dan menghargai pendapat orang lain. 

“Jangan pernah merasa saya ini lho, paling hebat, paling baik. Kalau kebiasaan-kebiasaan itu dikedepankan, yakinlah suasana kelas menjadi tidak nyaman. Begitu kita di masyarakat, kalau ada yang merasa diri paling baik dan paling benar maka akan menimbulkan kerusuhan dan kegaduhan,” katanya. 

Abdurrohman menyebut pelatihan LKLB berbeda dari pelatihan guru lainnya. Nilai-nilai dalam LKLB sesungguhnya harus dibawa ke dalam madrasah yang berperan penting dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang toleran. 

“Kita harus membawa LKLB ke madrasah agar menjadi madrasah yang open mind dan bukan melahirkan paham radikalisme yang selama ini mungkin ada,” tambahnya. 

Program internasional peningkatan guru madrasah dan pesantren dalam LKLB yang digelar secara sinkronus (online) dan asinkronus (belajar mandiri) sejak awal Oktober 2021 telah diikuti oleh 5 angkatan dengan total peserta sekitar 970 orang. (IL/Chr)