Oleh: Hardianto
Apa arti dari literasi keagamaan? Literasi keagamaan adalah kegiatan membaca dan mempelajari sumber ilmu yang berkaitan dengan agama, seperti moral, akhlak, budi pekerti baik dalam bentuk teks, lisan, digital, maupun visual. Dalam hal ini kita harus mengetahui pemahaman tentang agama. Literasi keagamaan merupakan unsur terpenting secara khusus dalam kehidupan sosial masyarakat, dan secara umum, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia, terdapat enam agama yang diakui oleh pemerintah, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Setiap pemeluk agama akan memiliki perbedaan masing-masing khususnya dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Untuk kita harus saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama.
Menurut saya, program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang diinisiasi oleh Institut Leimena sangat bermanfaat. Sebagai guru madrasah, program LKLB dapat meningkatkan pemahaman prinsip literasi keagamaan dalam pembelajaran di kelas. LKLB haruslah didasarkan pada keyakinan dan kesadaran kita bersama dalam menemukan berbagai keragaman agama dan kepercayaan yang ada. Sebab dari para penganut agama, kita bisa melakukan proses komunikasi dalam tradisi yang berbeda. Dari perbedaan itulah yang menjadikan kita tetap terus bersatu dalam keanekaragaman.
Selain itu, program LKLB dapat mengembangkan komunitas belajar para pendidik dalam menerapkan nilai-nilai agama yang ada. Program LKLB juga dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pendidik, sehingga dapat menerapkannya dalam bentuk praktik di kelas. Saya juga memiliki kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan lain yang sangat beragam dalam program LKLB.
Manfaat lain yang saya dapatkan dari program LKLB adalah menambah wawasan dan pengetahuan baru. Saya bertemu dengan narasumber yang kompeten di bidangnya. Tentu ilmu yang didapatkan akan sangat bermanfaat dalam hal kebaikan. Saya jadi mengenal dan memahami orang-orang berilmu tinggi. Terkadang saya juga dapat terinspirasi setelah mengenal mereka karena narasumber benar-benar orang yang terpilih.
Apabila saya berbicara dengan pemeluk agama yang berbeda, terkadang membuat canggung dan merasa tidak enak hati. Belum lagi saat bertemu langsung para pemuka agama, dari mereka berpakaian, berbicara, serta saat mereka menyapa yang berbeda tentu membuat perasaan kita bercampur aduk. Dengan belajar di program LKLB, saya bisa mempelajari tiga kompetensi utama dalam berelasi dengan orang berbeda agama, yakni pribadi, komparatif, dan kolaborasi. Saya juga diajar memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, bernegosiasi, dan mengevaluasi terhadap pemahaman perbedaan agama tersebut.
Dengan memahami agama yang berbeda, iman kita tidak akan berkurang, malah justru akan semakin meningkat. Kita dapat bekerja sama dan memahami agama lain dengan baik tanpa ada rasa canggung dan merasa tidak enak hati. Sebab, manusia di mata Tuhan itu sama. Oleh karena itu, kita sebagai manusia haruslah selalu berdamai dan menciptakan perdamaian.
Kita harus mengenal lebih dalam perbedaan agama karena Indonesia memiliki banyak keberagaman, baik suku, budaya, dan agama. Seperti pada semboyan yang kita ketahui bersama, “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda, tetapi tetap satu. Sehingga saya sebagai guru berharap, bahwa kelak anak didik akan menjadi generasi penerus bangsa dapat memiliki prasangka yang baik terhadap perbedaan agama. Anak didik yang saya ajar juga diharapkan dapat memandang dan memperlakukan orang yang berbeda agama dengan baik dan adil. Perlu adanya pembekalan yang kuat kepada anak didik dalam pemahaman perbedaan agama sehingga tidak kehilangan keyakinan dan identitas agama masing-masing.
LKLB memberikan pemahaman kepada saya tentang banyaknya keberagaman di Indonesia. Oleh karena itu, kita harus memiliki toleransi yang tinggi terhadap keragaman tersebut. Saya harus memiliki berbagai strategi dalam menerapkan pembelajaran terhadap anak didik. Walaupun secara pribadi, masih ada pemikiran dan perasaan yang mengganjal terkait dengan hal itu. Dengan belajar di program LKLB, saya mendapat pengalaman dan teman baru.
Teman yang memiliki berbagai macam karakteristik, kompetensi, bahkan budaya dan agama yang berbeda pula. Dari teman inilah aku akan semakin memahami apa itu LKLB. Program LKLB dapat menjadi ajang atau tempat untuk silaturahmi sesama manusia, bahkan antar umat beragama. Pada prinsipnya, setiap orang akan memahami dan mempraktikkan dengan baik ajaran agama yang dianutnya. Tentu akan sampai berada pada pemahaman betapa pentingnya menjaga kerukunan dan kedamaian antar umat beragama. Saya sebagai seorang Muslim, tanpa mengetahui ajaran agama lainnya, akan sangat canggung untuk diajarkan sikap toleransi terhadap mereka.
Oleh karena itu, saya percaya bahwa untuk urusan terkait kemasyarakatan, usaha, dan kegiatan sosial lainnya, tetap terbuka peluang untuk bekerja sama dan bekerja secara bersama-sama, namun untuk soal keyakinan, keimanan, dan akidah bagi seorang muslim cukup jelas dan tegas, yakni “lakum dinukum waliyadin” yang artinya “untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. Ayat ini menjelaskan soal tentang prinsip akidah Islam yang sangat penting. Di mana kita tidak terpengaruh terhadap kepercayaan agama lain. Sehingga akan dalam kehidupan sehari-hari tercipta sebuah perdamaian yang indah.
Sebagai guru madrasah, program LKLB dapat meningkatkan pemahaman prinsip literasi keagamaan dalam pembelajaran di kelas. LKLB haruslah didasarkan pada keyakinan dan kesadaran kita bersama dalam menemukan berbagai keragaman agama dan kepercayaan yang ada.
Profil Penulis
Hardianto
Alumni LKLB Angkatan 8
Guru Pendidikan Agama Islam SDN 108 Pinrang, Sulawesi Selatan
0 Comments