Narasumber dalam konferensi pers pre-event Kamis (9/11/2023), yaitu Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho, Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia Dhahana Putra, serta Senior Fellow dan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam tahun 2016-2019, Alwi Shihab..

Jakarta, LKLB News – Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Kemenkumham RI) bersama Institut Leimena siap menggelar Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) dengan menghadirkan sedikitnya 30 narasumber terkemuka di dunia pada 13-14 November 2023. Konferensi yang diadakan di Jakarta tersebut mengangkat tema “Human Dignity and Rule of Law for a Peaceful and Inclusive Society” (Martabat Manusia dan Supremasi Hukum untuk Masyarakat yang Damai dan Inklusif) sebagai rangkaian dari peringatan 75 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).

Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia, Dhahana Putra, mengatakan konferensi internasional akan membahas topik LKLB yang memang sangat penting dalam konteks Indonesia. Konferensi tersebut adalah implementasi Perjanjian Kerja Sama antara Kemenkumham RI dan Institut Leimena sejak 2022 yang bertujuan meningkatkan pemahaman kebebasan beragama dan berkeyakinan dalam lingkup pendidik.

“Konferensi internasional ini akan diikuti berbagai narasumber baik nasional dan internasional, yang selaras dengan pelaksanaan 75 tahun DUHAM pada 10 Desember nanti dengan tema Harmoni dalam Keberagaman,” kata Dhahana dalam konferensi pers yang dihadiri sekitar 30 wartawan di Graha Pengayoman Kemenkumham, Kamis (9/11/2023).

Konferensi Internasional LKLB akan dibuka oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI (Menkumham RI), Yasonna H. Laoly, Senin (13/11/2023). Selanjutnya, pada malam hari diadakan sesi Gala Dinner yang diisi pidato kunci Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy.

Pada hari kedua, Selasa (14/11/2023) pembicara utama adalah Wakil Presiden Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-bangsa, Muhammadou M.O. Kah.

Konferensi ini juga berlangsung secara hybrid (via Zoom) sehingga bisa diikuti oleh publik luas dengan terlebih dulu mendaftarkan diri melalui tautan https://leimena.org/eng/conference/. Jumlah pendaftar konferensi secara hybrid sejauh ini sudah mencapai 2.675 orang yang masih terus dibuka sampai Senin (13/11/2023).

Ada lima sesi panel yang bisa diikuti peserta konferensi internasional baik secara luring maupun daring. Khusus sesi Gala Dinner dan tujuh sesi pilihan (breakout session) hanya diikuti peserta luring.

Sejumlah wartawan melakukan wawancara setelah konferensi pers.

Sinyalmen Intoleransi

Senior Fellow Institut Leimena dan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam tahun 2016-2019, Prof. Alwi Shihab, mengatakan program Literasi Keagamaan Lintas Budaya berfokus untuk meningkatkan kewaspadaan kita terhadap intoleransi di kalangan guru sekaligus memberikan pencerahan tentang hubungan lintas agama.

“Ada sinyalmen bahwa ternyata banyak guru-guru agama Islam, guru-guru agama di Indonesia cenderung intoleran. Ini sangat berbahaya kalau dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha dari pemerintah maupun organisasi-organisasi Islam dan Kristen,” kata Alwi yang juga menteri luar negeri RI periode 1999-2001.

Alwi mengatakan guru berperan strategis untuk membangun generasi muda menjadi pemimpin bangsa ke depan. Menurutnya, intoleransi yang terjadi di dunia ini dan bahkan pertikaian sampai perang itu disebabkan adanya penafsiran-penafsiran keliru terhadap ajaran agama sehingga perlu kita menggali ajaran agama yang betul-betul berasal dari sumber utama (prime source).

“Pendekatan LKLB memberikan pencerahan kepada guru-guru bahwa pada dasarnya kita harus siap untuk berbeda. Perbedaan jangan menjadi pintu masuk pertikaian, sebaliknya perbedaan adalah keniscayaan, maka kita hendaknya mengelola perbedaan tersebut untuk kepentingan bersama,” kata Alwi.

Suasana wartawan menunggu dimulainya konferensi pers.

Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan Konferensi Internasional LKLB menghadirkan narasumber dari para pejabat pemerintah lintas negara, akademisi, dan petinggi organisasi internasional. Turut mengundang juga sekitar 20 duta besar negara-negara sahabat dan para pemimpin atau tokoh dari mitra lembaga keagamaan dan pendidikan dalam program LKLB.

“Konferensi internasional ini merupakan forum internasional untuk mendiskusikan konsep martabat manusia sebagai prinsip dasar dan inti dari hak asasi manusia,” kata Matius.

Matius mengatakan pengalaman program LKLB di Indonesia yang diadakan Institut Leimena bersama sedikitnya 20 mitra menjadi gambaran bagaimana literasi agama berlandaskan penghargaan harkat dan martabat manusia telah membangun modal sosial untuk masyarakat damai dan inklusif. Program LKLB di Indonesia telah menghasilkan lebih dari 5.000 guru dari 34 provinsi di Indonesia.

Para narasumber terkemuka yang akan berbicara dalam konferensi ini antara lain Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Amin Abdullah, Presiden Dewan Gereja-gereja Sedunia, Henriette T. Hutabarat-Lebang, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Siti Ruhaini Dzuhayatin, Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng K.H. Abdul Halim Mahfudz, Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO, dan organisasi internasional lainnya, di Jenewa, Swiss, Achsanul Habib, Wakil Ketua MPR RI, Arsul Sani, Wakil Sekretaris Jenderal (DSG) ASEAN untuk Komunitas Politik-Keamanan Robert Matheus Michael Tene, Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Sidharto R. Suryodipuro.

Narasumber luar negeri antara lain Utusan Khusus untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Kementerian Luar Negeri Kerajaan Belanda, Bea ten Tusscher, Direktur International Center for Law and Religion Studies Brigham Young University (BYU), Brett Scharffs, Pendiri dan Ketua Sekretariat Kebebasan Beragama Internasional, Greg Mitchell, Presiden Sekretariat Kebebasan Beragama Internasional, Nadine Maenza, dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional, David Saperstein. [IL/Chr]