Kehadiran delegasi Indonesia bersama para undangan lain dalam Konferensi Fatwa Internasional di Kairo, Mesir, 17-18 Oktober 2022.
Jakarta, LKLB News – Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, bersama Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI), Prof. Dr. Basri Modding dan Wakil Rektor IV UMI, Dr. Ishaq Shamad, hadir sebagai delegasi Indonesia dalam Konferensi Fatwa Internasional di Kairo, Mesir, pada 17-18 Oktober 2022. Acara tersebut diadakan oleh lembaga fatwa Mesir, Dar al-Ifta, sebagai konferensi internasional ke-7, yang kali ini secara khusus bekerja sama dengan General Secretariat for Fatwa Authorities Worldwide (GSFAW).
Kehadiran Institut Leimena dan UMI tidak lepas dari dukungan Penasihat Internasional Program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB), Dr. Ali Rashid Al Nuaimi, yaitu pendiri sekaligus chairman dari The World Muslim Communities Council (TWMCC) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
“Konferensi internasional di bawah naungan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi ini adalah undangan langsung dari Mufti Agung Mesir, Dr. Shawki Ibrahim Allam, untuk membahas topik amat penting bagi dunia dan relevan bagi pengembangan program LKLB yang dilakukan Institut Leimena bersama para mitra di Indonesia,” kata Matius kepada LKLB News baru-baru ini.
Konferensi Fatwa Internasional mengangkat tema “Fatwa dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan” yang berfokus kepada peran fatwa dan tokoh agama dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Hadir para mufti dan ulama dari 90 negara termasuk delegasi Indonesia lainnya adalah Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Marsudi Syuhud serta perwakilan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Pada November, Mesir juga menjadi tuan rumah untuk COP27 yaitu konferensi PBB untuk masalah perubahan iklim. Jadi konferensi ini sekaligus dalam rangka persiapan COP27 tersebut,” lanjut Matius.
Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho bersama Wakil Ketua Umum MUI K.H. Marsudi Syuhud.
Matius menjelaskan konferensi fatwa mengajak para peserta untuk memahami perkembangan fatwa di dunia dalam mendukung SDGs yang ditetapkan oleh PBB. SDGs khususnya terkait perubahan iklim menjadi tantangan bersama umat manusia sehingga perumusan fatwa-fatwa yang mendukungnya menjadi penting dan relevan bagi umat Muslim. Hal tersebut juga sejalan dengan penekanan LKLB untuk mengenal orang yang berbeda agama dan mampu bekerja sama dengan menghormati perbedaan tersebut.
“Penasihat LKLB, Dr. Ali Rashid Al Nuaimi selalu mendorong agar Indonesia terus meningkatkan interaksinya di dunia internasional,” ujar Matius.
Sebelumnya, Dr. Al Nuaimi juga memfasilitasi kehadiran Koordinator Program Training LKLB dari Institut Leimena, Budi Setiamarga, bersama sejumlah mitra LKLB yaitu Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Promosi UMI, Prof. Dr. Hattah Fattah dan Direktur Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute A. Malik Fadjar, Nafik Muthohirin, dalam The First International Conference on Religious Extremism: The Intellectual Premises and Counter Strategies di Kairo pada 7-9 Juni 2022.
Kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Mesir.
Kunjungan ke KBRI Kairo
Selain mengikuti rangkaian Konferensi Fatwa Internasional, Matius bersama Rektor UMI Prof Basri Modding dan Wakil Rektor UMI Ishaq Shamad juga melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo pada 18 Oktober 2022. Kedatangan ke KBRI Kairo diterima oleh Atase Pendidikan Prof Bambang Suryadi.
Prof Bambang berharap UMI dan Institut Leimena dapat menjalin kerja sama dalam berbagai bidang khususnya pendidikan dan kebudayaan dengan sejumlah pihak di Mesir. Terkait hal itu, Institut Leimena berharap KBRI Kairo terlibat dalam pengembangan pelatihan LKLB yang selama ini menyasar kalangan guru/pendidik.
Prof Bambang juga mengatur pertemuan antara Rektor UMI dan Rektor Universitas Al Azhar Kairo di kampus Universitas Al Azhar Kairo pada 19 Oktober 2022. Dia mengharapkan UMI bisa memberikan beasiswa bagi calon mahasiswa dari Mesir yang ingin menempuh perkuliahan di sana.
“Tentu mereka akan dites di KBRI Mesir dan akan diberikan program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing)”, ujar Bambang.
UMI merupakan perguruan tinggi pertama di luar Pulau Jawa yang memperoleh status akreditasi “unggul” dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). UMI memiliki 60 program studi, diantarannya 10 terakreditasi “unggul” dan sisanya terakreditasi “baik sekali” dan “baik”. [IL/Chr]