
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Abdul Mu’ti, dalam Webinar Internasional Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya memperingati Hari Pendidikan Nasional yang diadakan oleh Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen RI bersama Institut Leimena, 29 Juni 2025.
Jakarta, LKLB News – Upaya penguatan pendidikan karakter yang dilakukan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Kemendikdasmen RI) melalui program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, dibutuhkan untuk membangun perdamaian dan kerukunan sosial di tengah masyarakat majemuk.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Abdul Mu’ti, dalam Webinar Internasional Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya memperingati Hari Pendidikan Nasional yang diadakan oleh Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen RI bersama Institut Leimena, mengatakan generasi muda Indonesia harus tumbuh tidak hanya dari sisi prestasi akademik, tetapi memiliki nilai-nilai karakter kuat untuk membangun kehidupan toleran dan saling menghormati.
“Kita perlu memberikan kepada anak-anak kita sikap sosial, dimana mereka bagian tak terpisahkan dari masyarakat, dan membangun lingkungan sosial yang inklusif,” kata Abdul Mu’ti dalam webinar bertemakan “Menyemai Karakter, Menuai Peradaban: Membangun Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” yang dihadiri lebih dari 3.400 peserta dari dalam dan luar negeri pada Selasa malam, 29 Juni 2025.
Mendikdasmen menegaskan pendidikan karakter sebagai amanat konstitusi dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, tidak hanya berkaitan dengan pembelajaran formal di sekolah, tetapi juga pembelajaran berbasis keluarga, masyarakat, bahkan media massa.
“Saya menyambut baik pelaksanaan seminar ini sebagai bagian dari upaya kita bersama untuk membangun kehidupan beragama yang rukun, damai, dan upaya kita bersama untuk membangun generasi yang memiliki rasa cinta dan kepedulian kepada sesama umat manusia,” kata Abdul Mu’ti.
Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikdasmen RI, Rusprita Putri Utami, mengatakan sejarah mencatat bahwa karakter suatu bangsa menjadi fondasi dari peradaban besar dunia mulai dari zaman Yunani kuno yang melahirkan semangat berpikir kritis dan etika sebagai dasar demokrasi dan filsafat. Rusprita menambahkan Jepang pasca Perang Dunia ke-2 juga telah bangkit menjadi negara maju karena karakter yang kuat seperti disiplin, rasa hormat, dan semangat pantang menyerah.
“Indonesia memiliki Pancasila yang menjadi jati diri dan karakter bangsa, menjadi panduan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah keragaman yang ada,” kata Rusprita.
Dia mengatakan webinar seri LKLB dalam rangka Hardiknas berfungsi sebagai platform berbagi wawasan, bertukar pengalaman, dan mengeksplorasi strategi kolaboratif untuk mempromosikan pendidikan bermutu bagi semua.
“Generasi mendatang perlu dibekali tidak hanya untuk berpikir kritis, tapi juga untuk hidup secara etis dengan kasih sayang melalui literasi yang melampaui batas budaya dan agama,” kata Rusprita.

Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, dan Kepala Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Rusprita Putri Utami.
Sementara itu, Direktur Ekskutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan semua kalangan perlu terlibat dalam upaya membangun mental dan karakter bangsa melalui program pembiasaan anak Indonesia yang hebat. Dalam konteks tersebut, Institut Leimena terus mengembangkan pendekatan Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) agar dapat ikut mendukung pendidikan karakter melalui peningkatan kompetensi para guru.
“Dengan adanya program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, kami akan mengupayakan agar program LKLB ini dapat ikut mendukung tugas besar dan penting untuk membangun mental dan karakter bangsa Indonesia yang besar di tengah masyarakat global yang semakin terpolarisasi,” kata Matius.
Matius menjelaskan program LKLB yang dikerjakan Institut Leimena bersama lebih dari 30 mitra lembaga pendidikan dan keagamaan, berupaya mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan dalam masyarakat majemuk, serta membuka ruang perjumpaan lintas agama agar dapat mengenal dan belajar bersama-sama.
Sebagai contoh, 2 dari 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat adalah kebiasaan taat beribadah dan aktif bermasyarakat. Program LKLB didasarkan pada pemahaman bahwa bagi seseorang yang beragama, mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia perlu berjalan beriringan.
“Dalam konteks masyarakat yang religius dan majemuk, di mana taat beribadah tidak berarti mengucilkan diri dari masyarakat luas, tapi juga mampu membangun modal sosial, rasa saling percaya antar penganut agama dan kepercayaan yang berbeda,” lanjut Matius.
Sejak dimulai tahun 2021 sampai saat ini, program LKLB telah meluluskan 64 angkatan dengan total 9.600 pendidik dari 38 provinsi. Program LKLB diikuti para guru dari latar belakang agama berbeda yaitu Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan Konghucu. [IL/Chr]