Jakarta, 24 Februari 2022 – Universitas Muslim Indonesia (UMI) bersama Institut Leimena berkomitmen untuk mengembangkan program internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) kepada masyarakat lebih luas. LKLB diharapkan bisa menjadi misi bersama untuk merawat persatuan bangsa di tengah tantangan dunia yang semakin kompleks.

UMI dan Institut Leimena telah dua kali menggelar pelatihan LKLB pada 10-14 Januari 2022 dan 24-28 Januari 2022. Pada gelombang I, pelatihan diikuti 194 peserta, kemudian gelombang II diikuti 164 peserta. Mayoritas peserta berasal dari Sulawesi Selatan, namun sebagian juga berasal dari Jawa, Kalimantan, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

“Saya berharap apa yang kita kerjakan hari ini akan terus kita kembangkan karena persoalan yang kita hadapi ke depan tantangannya semakin kompleks,” kata Wakil Rektor V UMI, Prof. Dr. Hattah Fattah, saat menyampaikan ceramah kuncinya.

Prof Hattah menyebut tantangan dunia masa depan digambarkan lewat akronim VUCA yaitu volatility (mudah berubah), uncertainty (tidak pasti), complexity (kompleks), dan ambiguity (tidak jelas). Itu sebabnya, kesepahaman antar masyarakat beragama menjadi modal sangat penting untuk menyelesaikan beragam masalah yang muncul di masa depan.

Prof Hattah menambahkan Indonesia memiliki karunia luar biasa sebagai bangsa multikultural dan multireligius. Keragaman Indonesia adalah potensi besar untuk mencapai kemajuan, tapi sekaligus bisa menjadi celah untuk menciptakan disintegrasi bangsa.

“Kita sedang melakukan investasi jangka panjang untuk bisa menciptakan harmoni serta merawat persatuan dan kesatuan bangsa. Kita berharap, apapun tantangan ke depan, selama kita bersatu dan saling memahami maka kita bisa menyelesaikan masalah,” kata Prof Hattah.

Menurut Prof Hattah, UMI sendiri memiliki dua identitas utama yaitu Keislaman dan Keindonesiaan. UMI, yang berdiri pada 23 Juli 1954, merupakan lembaga pendidikan dan dakwah yang senantiasa membawa nilai-nilai Islam moderat atau Islam wasathiyah. Pendirian UMI tidak lepas dari cita-cita untuk memberikan pendidikan terbaik bagi masyarakat khususnya di kawasan Timur Indonesia.

“Identitas utama UMI lahir dari penamaannya yaitu Muslim dan Indonesia,” kata Prof Hattah.

Sumber gambar: Batamtoday.com

Kelanjutan Kerja Sama

Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan LKLB adalah pendekatan baru untuk membantu dalam mengaktualisasikan nilai-nilai toleransi dan kerukunan yang melahirkan bangsa Indonesia yang majemuk dan besar. Program pelatihan LKLB menjadi kelanjutan dari kerja sama Institut Leimena dan UMI dalam penyelenggaraan webinar internasional pada Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2021.

“Kita harus mampu membina hubungan dan kerja sama dalam konteks masyarakat yang semakin majemuk. Tidak hanya lintas agama, lintas budaya, bahkan lintas bangsa, karena perkembangan teknologi tidak hanya memungkinkan, tapi memaksa kita saling memahami, menghormati, dan bekerja sama dengan mereka berbeda,” ujar Matius.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Karakter dan Dakwah UMI, Dr. Muhammad Ishak Shamad, mengatakan umat Islam mengakui bahwa agama Islam yang terbaik, namun tidak boleh melarang orang berbeda agama untuk meyakini agamanya sebagai yang terbaik.

Salah satu peserta, Maisar, guru kelas MIS Muhammadiyah Ballatabbua Gowa, Sulawesi Selatan, mengatakan pelatihan LKLB memberikan bekal terbaik untuk mendidik para siswa. Dia mendorong setiap guru agar menjadi teladan dalam sikap saling menghormati dan menghargai kepada pemeluk agama yang berbeda.

“Mari menjadi duta toleransi beragama minimal dalam lingkungan masyarakat kita, tetap memupuk jiwa kebhinekaan kepada peserta didik kita,” ujar Maisar. (IL/Chr)