Salah satu kelompok peserta dalam Hybrid Upgrading Workshop LKLB yang diadakan di Surabaya, 6-8 Oktober 2023.

Surabaya, LKLB News – Program Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) berbeda dari program-program lintas agama yang sudah ada sebelumnya. Program LKLB unik dan strategis karena mampu menerobos sampai akar rumput yaitu para guru dan murid di sekolah. 

Koordinator Program Alumni LKLB Institut Leimena, Daniel Adipranata, mengatakan sasaran program LKLB adalah guru dan penyuluh agama. Program LKLB menolong agar upaya membangun kerukunan umat beragama tidak semata normatif, sebaliknya benar-benar bisa diaplikasikan di dalam masyarakat.

“Saya sering ikut dialog antar agama yang diikuti sebatas level pengambil kebijakan atau tokoh, namun program LKLB berbeda karena mencoba menerobos ke akar rumput, sampai ke bawah dengan menyasar guru sampai ke murid yang jarang sekali tersentuh dengan program lintas agama,” kata Daniel dalam wawancara dengan pers saat pembukaan Hybrid Upgrading Workshop LKLB bertemakan “Pengembangan Program dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Memperkokoh Kebebasan Beragama dan Supremasi Hukum”, Jumat (6/10/2023).

Sedikitnya 5.700 pendidik telah dibekali kompetensi dan keterampilan dari program LKLB yang sifatnya sangat praktis untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Daniel mengatakan guru sebagai agen perubahan memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa yang terbuka dan toleran. 

“Toleransi bukan hanya teori. Tidak bisa guru hanya mengajarkan definisi toleransi, tapi agar benar-benar bisa memahami makna toleransi seseorang harus terjun untuk mengalami dan menerima perbedaan-perbedaan yang ada secara langsung,” kata Daniel.

Itu sebabnya, program LKLB tidak hanya berisi teori tetapi juga memberikan pelatihan lewat workshop yang sudah diadakan 9 kali di sejumlah kota seperti Yogyakarta, Malang, Semarang, Palu, Makassar, Solo, dan terbaru di Surabaya.

“Workshop LKLB mencakup sesi-sesi yang lengkap mulai dari pemaparan materi, diskusi kelompok didampingi fasilitator, kunjungan lapangan ke masjid dan gereja, dan praktik mengajar (micro teaching) agar guru bisa memasukkan nilai-nilai LKLB dalam pembelajaran di kelas,” kata Daniel.

Kunjungan peserta Hybrid Upgrading Workshop LKLB ke Masjid Gunungsari Indah, Surabaya, Sabtu (7/10/2023).

Tiga Kompetensi

Program LKLB berfokus untuk melatih guru dengan tiga kompetensi yaitu pribadi, komparatif, dan kolaboratif. Kompetensi pribadi artinya seseorang diajak untuk mengenal apa kata agama dan kitab sucinya tentang orang lain yang berbeda/liyan (others). Sedangkan, kompetensi komparatif mengajak seseorang mengenal agama lain langsung dari penganut agama tersebut.

“Kompetensi komparatif dalam LKLB artinya kita mengenal agama lain dari pemeluknya, bukan dengar dari Youtube atau orang seagama dengan kita karena pasti terjadi bias,” ujar Daniel.

Dalam rangka memperdalam kompetensi komparatif, peserta workshop LKLB di Surabaya dibawa untuk mengunjungi Masjid Gunungsari Indah dan Gereja Kristen Abdiel (GKA) Gloria, Pacar.

“Bagi Muslim pertama kali masuk gereja, bagi Kristen baru pertama kali ke masjid. Ternyata tidak apa-apa orang Kristen masuk ke masjid atau sebaliknya orang Muslim masuk ke gereja. Apakah luntur imannya? Tidak. Pengalaman itulah yang kita harapkan para guru bawa ke murid-muridnya,” kata Daniel.

Menurut Daniel, tujuan utama kunjungan ke masjid dan gereja bukan membandingkan agama, melainkan berdialog atau mengobrol karena masing-masing pemeluk agama pasti memiliki asumsi terhadap agama lain.

Dalam workshop LKLB, guru Muslim diberi kesempatan bertanya langsung kepada pendeta atau pengurus gereja mengenai agama Kristen, sebaliknya guru Kristen bisa bertanya kepada takmir dan pengurus masjid. Pertanyaan bisa apa saja termasuk masalah teologi, asal disampaikan dengan sopan.

Kunjungan para peserta workshop LKLB ke Gereja Kristen Abdiel (GKA) Gloria, Pacar, Surabaya, Sabtu (7/10/2023).

Ketua Takmir Masjid Gunungsari Indah (MGSI) Surabaya, Hidayat Fatoroni, mengatakan sangat bersyukur dan sebuah kehormatan karena Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui Pengurus Wilayah Muhammadiyah Provinsi Jawa Timur menunjuk MGSI menjadi tujuan kunjungan workshop LKLB. MGSI merupakan masjid yang meraih juara 1 dalam lomba Manajemen Administrasi dan Kemakmuran Masjid yang diadakan oleh PDM Kota Surabaya dalam rangka milad 109 tahun Muhammadiyah.

“Tentunya kami mengucapkan selamat datang di masjid ini yang sekarang masih dalam tahap pengembangan. Kami sangat gembira dan bersyukur bisa berkomunikasi dengan umat beragama yang berbeda,” kata Fatoroni.

Kedatangan peserta workshop LKLB ke Masjid Gunungsari Indah disambut oleh belasan pengurus masjid termasuk para ibu dari Pengajian Wanita. Guru-guru Kristen diberikan selendang untuk dipakai sebagai penutup kepala (kerudung) saat masuk ke dalam masjid.

Sementara itu, Ketua Majelis GKA Gloria Pacar, Surya Tamara, mengatakan kedatangan peserta workshop LKLB khususnya para guru Muslim merupakan sebuah kehormatan.

“Kita percaya pertemuan ini bukan sekadar kebetulan, tapi Tuhan atur supaya bisa bersama-sama saling mengenal dan mengerti, karena kemajuan Indonesia itu dimulai dari para guru,” katanya. [IL/Chr]