Dubes RI untuk Republik Kazakhstan dan Republik Tajikistan, Fadjroel Rachman (tengah), bersama istri, Ibu Poppy Yoeska, menerima buku karya almarhum Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif  berjudul “Islam, Humanity and the Indonesian Identity: Reflections on History” dari Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho.

Jakarta, LKLB News – Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Republik Kazakhstan merangkap Republik Tajikistan, Fadjroel Rachman, menanggapi secara positif program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB). Dubes Fadjroel terinspirasi dengan konsep LKLB khususnya istilah “literasi keagamaan” karena dinilai bisa lebih diterima oleh banyak kalangan.

Hal itu disampaikan Dubes Fadjroel saat menerima kehadiran Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, di ibu kota Kazakhstan, Nur-Sultan, pada 20 Maret 2022. Pertemuan ini merupakan bagian dari perjalanan Institut Leimena ke Kazakhstan untuk mengikuti program LKLB di negara Asia Tengah itu.

“Pak Dubes menanggapi sangat positif program LKLB yang dilakukan Institut Leimena, bahkan istilah ‘literasi keagamaan’ sangat menarik baginya,” kata Matius kepada LKLB News, Senin (6/6/2022).

Matius menjelaskan maksud kunjungannya ke Kazakhstan yaitu memenuhi undangan sebagai pembicara dalam kegiatan bertajuk “Interdisciplinary Approaches to Global Engagement: Cross-Cultural Religious Literacy & Global Security Certificate Program” (Pendekatan Interdisipliner untuk Keterlibatan Global: Program Sertifikat Literasi Keagamaan Lintas Budaya dan Keamanan Global) pada 16-17 Maret 2022 di kota Shymkent.

Dia mengatakan program LKLB adalah upaya membangun relasi dan kolaborasi lintas agama yang lebih baik, memperkuat toleransi dan kerukunan umat beragama, sekaligus menangkal intoleransi dan radikalisme.

“Beliau merasa ‘literasi keagamaan’ lebih bisa diterima ketimbang ‘moderasi’ yang mendapatkan banyak tantangan. Menurutnya, hal yang selama ini dilakukannya berarti adalah ‘literasi demokrasi’ karena beliau sering menulis dan berbicara mengenai demokrasi,” lanjut Matius.

Dubes Fadjroel juga menyambut ajakan Institut Leimena untuk bekerja sama mengadakan webinar internasional dalam rangka program LKLB.

“Nantinya waktu dan topiknya akan dibicarakan lebih lanjut,” kata Matius yang menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan Dubes Fadjroel.

Dari kiri ke kanan: Sekretaris Dubes RI untuk Kazakhstan, Andi Zulkarnain, istri Dubes RI untuk Kazakhstan, Poppy Yoeska, Dubes RI di Kazakhstan, Fadjroel Rachman, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, dan Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Kazakhstan, Darmia Dimu.

 

Pada akhir pertemuan, Matius menyerahkan buku karya almarhum Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif dalam versi bahasa Inggris berjudul “Islam, Humanity and the Indonesian Identity: Reflections on History”.

Buku ini adalah terjemahan buku Prof Ahmad Syafii Maarif, atau akrab disapa sebagai Buya Syafii, dengan judul asli “Islam Dalam Bingkai Keindonesian dan Kemanusiaan”, kemudian diterjemahkan oleh Institut Leimena dan diterbitkan oleh Leiden University Press. Acara peluncuran buku tersebut dilaksanakan di Universitas Leiden, Belanda, pada 29 Juni 2018.

“Beliau (Dubes Fadjroel) senang sekali dan menyampaikan ucapan terima kasih secara pribadi kepada Buya,” kata Matius.

Dubes Fadjroel yang sebelumnya menjabat juru bicara Presiden Joko Widodo dilantik sebagai Dubes RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan pada 25 Oktober 2021. [IL/Chr]