Delegasi program LKLB dari kiri ke kanan:  Direktur Eksekutif Maarif Institute Abdul Rohim Ghazali, Senior Fellow Institut Leimena sekaligus Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. Amin Abdullah, Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho, Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah, Dr. Muhbib Abdul Wahab, dan Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Badan Pengelola Masjid Istiqlal Dr Farid Saenong, saat diterima oleh Pendiri dan Ketua Dewan Komunitas Muslim Dunia atau The World Muslim Communities Council (TWMCC), Dr. Ali Rashid Al Nuaimi (baju putih), di Abu Dhabi.

Jakarta, LKLB News – Pendiri dan Ketua Dewan Komunitas Muslim Dunia atau The World Muslim Communities Council (TWMCC), Dr. Ali Rashid Al Nuaimi, menyatakan kesediaannya untuk menjadi penasihat internasional program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB). Hal itu disampaikan secara langsung oleh Dr. Al Nuaimi saat delegasi LKLB menghadiri konferensi TWMCC di ibu kota Uni Emirat Arab (UEA), Abu Dhabi, pada 8-9 Mei 2022.

Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho mengatakan dukungan Dr. Al Nuaimi semakin memperlihatkan pengakuan internasional terhadap program LKLB untuk membangun kerja sama global umat manusia tanpa batasan sekat agama dan budaya.

“Undangan ini merupakan salah satu bentuk kerja sama TWMCC dan Institut Leimena untuk program LKLB dimana Dr. Al Nuaimi bersedia menjadi anggota International Board of Advisors program LKLB,” kata Matius kepada IL News baru-baru ini.

Selain pendiri dan ketua TWMCC, Dr. Al Nuaimi menjabat anggota Dewan Nasional Federal UEA sekaligus menjadi Ketua Komite Urusan Pertahanan, Dalam Negeri, dan Luar Negeri dalam dewan tersebut.

Dr. Al Nuaimi juga merupakan salah satu penasihat kepercayaan Presiden UEA, Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ) Al Nahyan. Nama Presiden MBZ, yang menggantikan Presiden UEA sebelumnya yakni Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, telah cukup dikenal di Indonesia karena diabadikan sebagai nama Tol Layang Jakarta-Cikampek.

“Pada hari pertama di Abu Dhabi, delegasi Institut Leimena dan LKLB diterima secara resmi oleh Yang Mulia Dr. Ali Rashid Al Nuaimi. Sebuah kehormatan bagi kami karena umumnya beliau hanya menyambut para menteri dan tamu VIP lainnya di sana,” ujar Matius.

Kehadiran delegasi LKLB dalam Konferensi TWMCC di Abu Dhabi diwakili oleh lima orang, tiga diantaranya sebagai peserta yaitu Matius Ho bersama Direktur Eksekutif Maarif Institute Abdul Rohim Ghazali, dan Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. Muhbib Abdul Wahab. Sedangkan, dua orang selaku pembicara yaitu Senior Fellow Institut Leimena yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Prof. Dr. Amin Abdullah dan Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Badan Pengelola Masjid Istiqlal, Dr. Faried Saenong.

Menurut Matius, Dr. Al Nuaimi sangat menghargai kehadiran delegasi program LKLB mengingat semakin pentingnya keterlibatan Indonesia dalam berbagai forum internasional. Relasi dengan Dr. Al Nuaimi sendiri sudah terjalin sejak pelaksanaan webinar internasional yang digagas oleh Kementerian Agama Republik Indonesia dan Institut Leimena pada 24 November 2020 bertajuk “Sebuah Narasi Baru Toleransi Keluarga Abrahamik dari Uni Emirat Arab”. Dr. Al Nuaimi kala itu menjadi sebagai salah satu pembicara.

“Dr. Al Nuaimi sangat mendukung agar Indonesia semakin dikenal di dunia. Setelah webinar bulan November 2020, dia mengirimkan pesan kepada saya, ‘Hope we can work together to show Muslims around the world the Indonesia Islam’ (Saya berharap kita bisa bekerja sama untuk memperlihatkan umat Muslim di seluruh dunia tentang Islam Indonesia),” kata Matius.

Para pembicara kunci menyampaikan pidatonya dalam Konferensi TWMCC.

Delegasi program LKLB dengan latar masjid terbesar di UEA, Sheikh Zayed Grand Mosque. Desain masjid serupa (replika) juga dibangun di Solo, Jawa Tengah sebagai hadiah dari Pangeran Mohammed bin Zayed (MBZ).

Dihadiri Menteri dan Mantan Presiden

Konferensi TWMCC adalah konferensi bergengsi yang dihadiri oleh para pejabat tinggi dari sekitar 150 negara termasuk menteri dan mantan presiden. Acara yang dibuka oleh Menteri Toleransi dan Koeksistensi UEA, Sheikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan, di Abu Dhabi National Exhibition Centre (ADNEC), mengangkat tema “Islamic Unity: The Concept, Opportunities, and Challenges” (Persatuan Islam: Konsep, Peluang, dan Tantangan).

Sejumlah pejabat tinggi yang hadir antara lain Ketua Dewan Fatwa UEA Sheikh Abdullah Bin Bayyah, Sekjen Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Dr. Hussein Ibrahim Taha, Menteri Urusan Agama dan Harmoni Lintas Agama Pakistan Abdul Shakoor Sardar Khan, Presiden Direktorat Keagamaan Turki Prof. Dr. Ali Erbas, Imam Besar Masjid Arab Saudi Sheikh Dr. Saleh bin Humaid, mantan presiden Mauritius Dr. Ameenah Gurib-Fakim, dan Kepala Biro Kaukasus Muslim Azerbaijan, Sheikh Islam Hajiullah Shakur Homat Pashazadeh.

Dari Indonesia, hadir pula Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Ketua Program Doktor Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia Dr. A. Hanief Saha Ghafur, serta perwakilan dari Kementerian Agama dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Menteri Toleransi dan Koeksistensi UEA, Sheikh Nahyan, menyatakan pentingnya strategi yang jelas dan menyeluruh untuk mencapai persatuan Islam agar menjadi kekuatan global. Menurutnya, Islam masih dan selalu menjadi sumber sistem nilai yang mewujudkan keadilan, kebebasan, dan kehidupan layak bagi individu, serta kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Ketua TWMCC, Dr. Al Nuaimi, mengatakan konferensi diadakan mengingat tantangan yang dihadapi negara Islam juga dunia. [IL/Chr]