Sesi Pertama Kelas Upgrading Kompetensi Komparatif “Memahami Nasrani” dengan topik “Mengapa Banyak Gereja di Sekitar Kita?” yang dibawakan oleh Pdt. Henriette Lebang dan moderator Alivermana Wiguna.

Jakarta, LKLB News – Kelas upgrading kompetensi komparatif Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) kembali diadakan pada 7 dan 9 Juni 2022 dengan tema “Memahami Nasrani”. Dalam dua sesi pertemuan tersebut, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya secara lugas tentang agama Kristen dari ahli agama itu sendiri.

Sesi pertama mengangkat topik “Mengapa Banyak Gereja di Sekitar Kita?”, sedangkan sesi kedua membahas “Apakah Orang Nasrani Menyembah 3 Allah?”. Kedua sesi berlangsung sangat interaktif dengan berbagai pertanyaan yang muncul lewat kolom chat maupun raise hand di aplikasi zoom.

“Gereja bisa berbeda ajaran, ritus, atau alirannya, sehingga hampir tidak mungkin digabungkan atau dicampuradukkan,” kata Pendeta Dr. Henriette T Hutabarat Lebang yang menjadi narasumber dalam kelas upgrading kompetensi komparatif Kristen kepada 109 peserta kelas upgrading.

Pdt. Henriette, yang akrab disapa Pdt. Eri, mengakui kerap muncul pertanyaan tentang banyaknya gereja di Indonesia. Menurutnya, pada prinsipnya, orang Kristen adalah pengikut Kristus, sedangkan gereja berarti persekutuan umat yang percaya kepada Yesus Kristus.

“Umat Kristen apa pun denominasinya adalah pengikut Kristus, umat yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamatnya,” ujar Pdt. Eri.

Dia menjelaskan, sebagaimana agama-agama besar lainnya, Kekristenan berasal dari luar khususnya Eropa dan Amerika. Gereja dari berbagai aliran atau denominasi dibawa oleh para misionaris dari denominasi masing-masing.

Pdt. Eri menjelaskan agama Kristen Protestan (non-Katolik) lahir dari protes terhadap suatu ajaran gereja. Dari situlah tumbuh banyak aliran gereja seperti Lutheran, Calvinis, Anabaptis (Menonite), Metodis, Anglikan, Pentakosta, Karismatik, Advent, dan lainnya. Dia mencontohkan gereja yang menganut aliran Lutheran seperti Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Huria Kristen Indonesia (HKI), dan Banua Niho Keriso Protestan (BNKP).

“Luther tidak bermaksud mendirikan gereja, namun pertentangan yang terjadi saat itu menimbulkan perpecahan gereja. Mereka yang tidak setuju dengan praktik dan dogma Gereja Katolik saat itu memilih keluar dan mendirikan gereja yang diberi nama Lutheran,” ujarnya.

Menurut Pdt. Eri, persatuan gereja terus dilakukan terutama lewat Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang lahir dari semangat gerakan kebangsaan atau keutuhan bangsa pada 25 Mei 1950.

Sesi Kedua Kelas Upgrading Kompetensi Komparatif dengan topik “Apakah Orang Nasrani Menyembah 3 Allah?” dipandu moderator Siti Khodijah Nurul Aulia.

Peserta Mendapat Pencerahan

Salah satu peserta upgrading, Zainab, mengapresiasi paparan Pdt. Eri karena memberi pencerahan dalam memandang orang Kristen. “Saya bisa mendiseminasikan ke tetangga-tetangga di sekitar saya tentang banyaknya gereja. Jangan sampai menimbulkan berburuk sangka karena kadang kita tidak memahami dan sebagian besar kita sangat membenci sesuatu yang tidak kita ketahui,” katanya.

Pada sesi kedua, para peserta juga mengaku semakin memahami sudut pandang pemeluk agama Kristen tentang Allah Tritunggal (Trinitas). Pdt. Eri menegaskan umat Kristen mempercayai Allah itu Esa (satu), sedangkan Tritunggal adalah bagaimana Allah mewujudkan diri-Nya dalam relasi dengan manusia.

“Tritunggal itu bukan berapa Allah, tapi bagaimana Allah. Memang sulit untuk memahaminya, karena ini sifatnya metafisis sedangkan manusia hanya memahami hal-hal fisik. Realitas Allah melampaui realitas manusia,” kata Pdt. Eri.

Peserta upgrading lainnya, Rahman, menyebut adanya kemiripan pemahaman Tritunggal Kristen dalam pemikiran Islam yaitu sifat Allah. Dia mempertanyakan bagaimana pengajaran Tritunggal yang rumit bisa dipahami setiap jenjang pendidikan, termasuk anak-anak usia dini. Menjawab hal itu, Pdt. Eri mengatakan pemahaman tentang Allah Tritunggal diberikan secara bertahap dimulai dari hal konkret ke kontekstual. [IL/Chr]