Oleh: Anas

Pendidikan menjadi ruh dalam setiap negara. Keberadaanya mutlak untuk menjaga keutuhan, kemajuan, dan berkembangnya suatu negara. Sebagaimana Musthofa al-Ghulayani dalam Idhah an-Nasyi’in menyatakan bahwa pendidikan merupakan lembaga yang mampu mengubah murid untuk menjadi pribadi yang bisa memberikan kebaikan, mencintai setiap perbuatan, dan memberikan manfaat pada negara. Lembaga pendidikan atau pendidikan secara khusus seharusnya mampu memberikan yang terbaik untuk murid.

Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam, suku, ras, budaya, tradisi dan agama sudah seyogianya mampu memberikan fondasi yang kuat untuk kondisi kemajemukan. Dunia pendidikan memiliki tanggungjawab besar dalam mendidik, mengembangkan dan memaksimalkan potensi murid. Namun, hal terpenting lainnya adalah menanamkan dan membiasakan literasi dan toleransi antar budaya dan agama. Keberadaan agama dan budaya di Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan perjalanan panjang sejarah keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Masyarakat secara umum memiliki minat dan kesadaran literasi yang sangat rendah. Tetapi bagi pelajar, guru, atau yang memiliki hubungan dengan kependidikan, sebagaimana yang telah diatur pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, situasi itu harus diperbaiki demi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.

Tentu perihal tersebut tidak bisa dilakukan dengan waktu yang singkat, akan tetapi dengan rencana, program dan evaluasi secara terus menerus. Madrasah, sekolah, kampus dan institusi pendidikan lain memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pembelajaran dan pembiasaan literasi keagamaan lintas budaya (LKLB), sehingga perlu adanya keberanian untuk berubah dan berkembang dalam kemajemukan negara.

Literasi yang merupakan ajakan pertama dalam Islam (wahyu pertama yang disampaikan malaikat Jibril kepada nabi Muhammad), yaitu berupa surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Fenomena tersebut bukan terjadi secara kebetulan. Namun jika dilihat dari sejarah, masyarakat Arab pada zaman pra-Islam lihai dalam membuat pantun, puisi, atau sya’ir Arab. Oleh karena itu Al-Qur’an turun sebagai wahyu dalam menyebarkan ajaran Islam sesuai dengan keadaan masyarakat.

Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah pada ayat tersebut memberikan penjelasan untuk merealisasikan perintah ayat tersebut, yang pertama harus ada teks berupa, jurnal, buku atau hasil penelitian sebagai objek untuk membaca. Sedangkan membaca sendiri memiliki keanekaragaman makna dari menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri tertentu, dan masih banyak arti lagi. LKLB memiliki peranan penting sebagai wadah dalam membimbing, mengajar dan mengembangkan literasi keberagaman.

Peristiwa tersebut seharusnya dapat menjadi ‘itibar kesadaran untuk membaca dan menulis. Kesadaran membaca dan menulis akan lebih efektif dan efesien jika dimulai sejak masa sekolah, karena pada usia tersebut sebagai awal untuk memulai dan membiasakan sesuatu kegiatan akan mudah diingat dan dipahami. Pendidikan dengan lembaga kependidikannya memiliki tugas yang tidaklah ringan dengan keadaan negara yang sedemikan luas.

Lembaga pendidikan menjadi lingkungan yang sangat tepat dalam membiasakan literasi dimulai dengan tenaga kependidikan terlebih dahulu diikuti penyediaan fasilitas yang memadai. Memulai dari diri sendiri dan merambah kepada orang lain serta dengan meningkatkan sumber daya manusia sendiri menjadi kewajiban bagi lembaga pendidikan dengan harapan mampu memberi daya tarik dan memberi teladan bagi murid, peserta didik, santri ataupun mahasiswa.

Pendidikan dan lembaga kependidikan sebagai lingkungan sekaligus habitual yang baik dalam mengembangkan literasi. Sedangkan keterampilan dasar literasi ada enam diantaranya: baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya, dan kewargaan. Keenam komponen tersebut sebagai dasar dalam literasi, sehingga kelembagaan pendidikan membutuhkan tenaga yang besar dan juga pemikiran ekstra dalam menjalankannya. Sumbangsih lembaga pendidikan sangatlah dibutuhkan demi mencapai target literasi yang diinginkan. Untuk mencapai hal tersebut semua lini dalam pendidikan saling keterkaitan bersinergi dalam satu kesatuan yang utuh.

Agama dan budaya di Indonesia yang sangat beragam notabene sebagai kekayaan, namun bisa menjadi bumerang perbedaan, pertikaian sampai peperangan. Menjaga keutuhan bangsa dengan dua kekayaan tersebut dengan menggunakan literasi dalam pendidikan. Sikap sensitif berhubungan dengan agama masih sering mewarnai kehidupan berbangsa sampai dalam pergulatan poltik nasional. Begitu juga dengan budaya yang kerap menjadi pembeda antar budaya, sehingga terjadi sekat yang kerap membuat ingin menang sendiri. 

Sikap-sikap tersebut seharusnya dapat dihindarkan dari pendidikan sejak dini, yaitu dari berbagai jenjang pendidikan. Harapan kemajuan, keamanan dan ketentraman suatu negara tidak lain adalah pendidikan dan lembaga kependidikannya. Sebagaimana LKLB akan sulit diwujudkan jika hanya dilakukan oleh individu saja tanpa adanya komunitas atau penerapan pada lembaga. Urgensi pada pendidikan menjadi wajib al-wujud yang harus mendapat dukungan dari pemerintah dan pemangku kebijakan pendidikan.

Program LKLB sebagai titik awal untuk menuju tangga kesuksesan dalam kemajemukan tentu akan menghadapi rintangan yang besar. Oleh karena itu, semua lini masyakarat harus memiliki peran aktif dalam memajukan dan mengembangkan program tersebut sesuai dengan saling mendukung sesuai bidang masing-masing. Pendidikan menjadi harapan sebuah bangsa dalam menaklukkan dunia atau dalam mengikuti kompetisi internasional. Hadirnya pendidikan menjadi oase bagi negeri yang gersang dengan toleransi, buta aksara, buta aksi dan mampu menyadarkan akan pentingnya kebijaksaan. Tidak lelah untuk berbuat baik dan memberi kemanfaatan kepada sesama, yang lain dan kepada tanah air tercinta.

Kemajuan pendidikan akan menyelamatkan negara dinahkodai oleh kemajemukan di dalamnya. Kemajemukan merupakan keniscayaan yang harus dijaga dan keindahan mewakili Tuhan. Pantas jika LKLB untuk terus dilaksanakan, berinovasi, dan terus berbenah dalam kemajuan demi tercapainya kesadaran literasi, keberagaman dalam berbudaya, beragama pada negara yang demikian majemuk. Teruslah semangat dan pantang menyerah demi kesatuan NKRI.

Program LKLB sebagai titik awal untuk menuju tangga kesuksesan dalam kemajemukan tentu akan menghadapi rintangan yang besar. Oleh karena itu, semua lini masyakarat harus memiliki peran aktif dalam memajukan dan mengembangkan program tersebut sesuai dengan saling mendukung sesuai bidang masing-masing.

Profil Penulis

Anas

Alumni LKLB Angkatan 24

Guru Pondok Pesantren Al-Falah Harjowinangun Barat, Batang, Jawa Tengah

 

2 Comments

  1. Ibrahim Ismail

    Dari semua upaya utk merealisasikan semua ajaran hususnya Literasi Agama dan apalagi yg merupakan hasil tafsir atau ijtihad disemua sendi-sendi kehidupan ditengah-tengah keragaman ini. Jembatan yg dipandang optimal hanyalah melalui dunia Pendidikan baik formil maupun non formil. Maka oleh karena itu, dgn hasil temuan diatas bahwa; literas agama ditengah masyarakat benar-banar sangat kurang. Ini tentu dilatari oleh banyak faktor misalnya sajian informasi bahkan proses pembelajaran yg telah bergeser dari belajar dihadapan seorang Guru, perlahan berganti memilih belajar praktis melalui teknologi alias Google. Sehingga terasa banyak aspek yg hilang sebagaimana temuan padabtilisan diatas. Salah satunnya hilangnya nilai ketauladanan, rapuhnya jiwa dan lemah bahkan terancamnya nilai serta karakter seseorang akibat dari cenderungnya masyarakat kita melih sesuatu serba instant alias menjadi pragmatisme.
    Saran kongkrit ; Institut Leimena melalui berbagai programnya dengan menjadikan LKLB sebagai methodologinya, melibatkan para Pakar, tokoh-tokoh agama dan melibatkan para guru, dosen, ulama, kiyai secara personal, itu s7dah sangat baik. Namun lebih baik dan strategis lagi jika insitut Leimena masuk secara formil dengan membangun lembaga pendidikan yg dari sana akan lahir para ahli dalam bidang keilmuan hususnya LKLB dan merekalah para alumni yang akan secara masif dan sistemik menjadi kader-kader penggerak ditengah-tengah masyarakat. Berkolaborasi dengan masyafakat lokal, pemerintah dan seluruh stakholder disemua wilayah. Apalagi sdh adanpara alumnus LKLB dihampir semua daerah.
    Demikian

    Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *