Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya yang diadakan di Hotel Kempinski Jakarta, 13-14 November 2023, diisi oleh narasumber internasional termasuk Wakil Presiden Dewan HAM Perserikatan Bangsa-bangsa, Muhammadou Kah.

Jakarta, LKLB NewsWakil Presiden Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-bangsa (HAM PBB) Muhammadou M.O Kah menekankan pentingnya komitmen kerukunan beragama di dalam masyarakat. Tantangan meneguhkan koeksistensi sering kali sulit karena adanya ideologi yang mengancam kemajemukan.

“Krisis dan kesulitan di berbagai dunia, geopolitik terus bergeser dan melemahnya nurani dan kemanusiaan kita menuntut kita semua berdiri untuk hak asasi manusia dan martabat manusia,” kata Muhammadou dalam Konferensi Literasi Keagamaan Lintas Budaya yang diadakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI bersama Institut Leimena, di Hotel Kempinski, Jakarta, 14 November 2023.

Muhammadou mengusulkan beberapa hal untuk meneguhkan komitmen kerukunan agama yaitu penguatan kerangka pendidikan, forum dialog, reformasi hukum, pelibatan masyarakat, teknologi digital, kecerdasan buatan untuk toleransi dan kebaikan, menjaga kelompok rentan, dan respon cepat kepada kejahatan-kejahatan berdasarkan kebencian.

“Negara hukum membutuhkan dukungan yang memadai, kesiapsiagaan dan kapasitas, kecakapan termasuk literasi keagamaan lintas budaya, partisipasi pemuda dan perempuan,” ujarnya.

Muhammadou menjelaskan agama seharusnya menjadi inspirasi dan kekuatan untuk mempersatukan sesama dalam kemanusiaan. Peran pemerintah yang berintegritas dan lembaga pendidikan yang bertanggung jawab perlu didukung oleh lembaga-lembaga keagamaan, serta organisasi masyarakat sipil agar bisa memberikan pencerahan nilai-nilai HAM yang positif.

“Agama memiliki kekuatan untuk mengubah narasi kita akan dunia. Secara umum, diplomasi keagamaan itu vital, berdiri bagi HAM untuk semua,” kata Muhammadou yang juga Perwakilan Tetap Gambia untuk Kantor PBB, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan organisasi internasional lainnya di Jenewa.

Dari kiri ke kanan: Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, Wakil Presiden Dewan HAM PBB, Muhammadou M.O Kah, Utusan Khusus untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Kementerian Luar Negeri Kerajaan Belanda, Bea ten Tusscher, Executive Director World Faiths Development Dialogue, Katherine Marshall, dan President of G20 Interfaith Forum Association, Cole Durham, Jr. 

Muhammadou melanjutkan agama berperan membentuk pola pikir yang baik untuk melayani keramahan, pengharapan, dan cinta kasih, serta upaya memperdalam martabat manusia. Menurutnya, berdiri bagi HAM harus menjadi tekad bersama masyarakat beragama untuk mendorong pemenuhan berbagai hak sosial ekonomi, hak hidup dalam damai, menghapus perdagangan manusia, dan membangun suatu dunia yang adil.

Dia menambahkan upaya untuk meneguhkan koeksistensi sering kali sulit karena tantangan ideologi yang mengancam jalinan masyarakat dan prinsip toleransi.

“Kita semua harus berdiri untuk HAM dan martabat manusia. Krisis dan kesulitan di berbagai benua, geopolitik yang terus bergeser dan melemahnya nurani dan kemanusiaan kita bersama menuntut hal semacam itu,” lanjut Muhammadou.

Dia juga menegaskan pentingnya kecapakan literasi keagamaan lintas budaya didukung partisipasi para pemuda dan perempuan. Menurutnya, organisasi masyarakat sipil membutuhkan adanya mentoring yang bermakna untuk mencerahkan nilai-nilai HAM yang positif.

Menurut Muhammadou, diplomasi keagamaan menjadi vital bagi pembangunan martabat manusia dan HAM. Dia menyebut masyarakat lintas agama harus memiliki tekad bersama untuk berdiri bagi HAM agar terjaminnya hak-hak anak-anak, kesetaraan bagi perempuan, pembangunan ekonomi, dan mencegah pertikaian.

Di sisi lain, Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya sangat tepat dilakukan karena menjelang peringatan 75 tahun DUHAM pada 10 Desember 2023. Deklarasi tersebut memiliki ambisi untuk membela nilai-nilai kebebasan dasar dan HAM, serta membangun universalitas HAM.

“Agama untuk menginspirasi, memiliki kekuatan untuk menyatukan kita sebagai sesama dalam kemanusiaan,” tutup Muhammadou. [IL/Chr]